Tuesday, August 17, 2021

Peringatan Kemerdekaan dan Kebhinekaan

Opini Tribun Jateng 18/8/21

oleh FX Triyas Hadi Prihantoro

Dalam acara kenegaraan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke 76 kemerdekaan RI presiden joko Widodo bersama tokoh tokoh negara mengenakan pakaian daerah. Kali ini dalam peringatan HUT RI ke 76 di Istana Merdeka Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Lampung dan sehari sebelumnya dalam sidang tahunan di DPR/MPR mengenakan pakaian adat Baduy.

Sebuah pesan persatuan dalam kebhinnekaan. Menyatakan bahwa sebuah kenyataan bahwa bangsa ini terdiri dari ratusan bahasa dan suku bangsa. Hendaknya wajib dijaga, dilestarikan dan dipertahankan karena sebagai kebanggan bangsa yang merdeka dan mandiri.

Seperti pesan yang disampaikan Presiden bahwa pengenaan pakaian adat ingin menunjukkan bahwa Indonesia memiliki beragam budaya. Budaya kita ini sangat beragam , Inilah Indonesia. Sebuah respon dari lunturnya semangat nasionalisme dan patriotisme karena dimensi multicultural mulai tergerus dan individualis (egoistis) makin mencuat. Sedangkan solidaritas, kerjasama, gotong royong antar masyarakat mulai berkurang. Pernyataan presiden bukan hanya retorika, karena beberapa kesempatan dalam agenda resmi kenegaraan Presiden Jokowi sering terlihat mengenakan pakaian adat salah satu daerah di Indonesia.

Peneliti Senior LIPI Syamsuddin Haris bahwa pakaian yang dikenakan Jokowi-JK dan tokoh nasional lainnya saat Upacara bendera di Istana Merdeka merupakan esensi kemajemukan Indonesia. Maka membumikan kebhinnekaan di hari merdeka ini sebagai bentuk terobosan guna menjaga persatuan dan kesatuan.Menjadi penting di aktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari karena bangsa ini sedang mengalami degradasi persatuan dan kesatuan. Menurut frans Magnis Suseno paling tidak ada dua peristiwa sebagai yaitu peristiwa Sumpah Pemuda 1928 dan persiapan BPUPKI tahun 1945 dalam menerima kelima sila dalam Pancasila sebagai dasar negara. Kebhinekaan dalam perspektif upacara kenegaraan sebagai bentuk keprihatinan akan lunturnya semangat persatuan dan kesatuan. Dengan banyaknya aksi yang anti kebhinnekaan dengan gerakan radikalisasi. Maka menjadi kewajiban Negara melindungi warganya. Maka keluarnya Perpu no 2 tahun 2017 tentang perubahan UU Nomor 17 tahun 2013 tentang Organisasi Masyarakat sebagai bagian membumikan kebhinnekaan.

Ribuan suku bangsa

Data sensus Badan Statistik (BPS) tahun 2010 di Indonesia terdapat 1.340 suku bangsa, dan itu dapat hidup harmonis dalam semangat hetereogenitas. Bhinneka tunggal ika menjadi satu kesatuan dan saling bersinergi dalam memberikan pesan untuk menumbuhkan semangat cinta tanah air. Pesan kebhinekaan juga meruapak pesan pembinaan dan pembangunan pendidikan karakter di lingkungan sekolah. Menurut Ryan dan Bohlin (2000) bahwa karakter terdiri atas tiga bagian, mengetahui kebaikan, mencintai kebaikan dan melakukan kebaikan.

Menjadi tugas bersama dalam merawat keberagaman dengan melakukan kebaikan. Maka melalui semangat kebhinnekaan dengan keteladanan pemimpin menjadi Pandora bersama, Seperti dikatakan oleh Kepala Unit Kerja Presiden Pembinaan Idiologi Pancasila (UKP PIP), Yudi Latif bahwa rentanya persatuan karena terjadi eksklusivisme yang berwajah agama yang melahirkan fanatisme. Tren eksklusivisme muncul sebagai akibat kesenjangan social yang tinggi. Dan situasi ini mengkikis upaya lahirnya kemajemukan bangsa. Konsekuensinya lahirlah kecemburuan, radikalisme sosial sebagai kritik terhadap kegagalan membangun infrastruktur nilai dalam masyarakat.

Kekuatan bangsa

Oleh karena itu pesan Kebhinnekaan dari pemimpin Negara setiap HUT RI, nanti menjadikan kekuatan bersama yang wajib diaplikasikan dalam nilai positif. Sebab Negara Indonesia merupakan Negara yang ideal dengan keaneka ragam suku, agama, golongan, ras, budaya dan alamnya. Maka dibutuhkan fondasi dari segala aktifitas demi menjaga dan melestarikannya.

Sebuah pesan dari pemimpin bangsa bahwa generasi penerus sebagai pewaris nilai keutamaan bangsa layak untuk mengenal, menggali, mendayagunakan dan membumikan semangat keberbedaan dalam kebersamaan. Baju daerah sebagai potensi lokal mulai dari baju adat, bahasa, tarian, budaya menerima tamu, mengormati leluhur yang bervariatif antara daerah satu dengan yang lain sebagai bentuk kekayaan bangsa. Saat itu semua dimengerti, membumi dan dibudidayakan secara holistik oleh masyarakat Indonesia.

Secara komprehensif pemimpin bangsa mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan, keselamatan bangsa dan Negara sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan. Serta mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika secara riil.

Oleh karena itu pesan dari persatuan dan kesatuan pemimpin bangsa menjadi peletup akan pentingnya semangat toleransi, kebersamaan, saling menghormati demi memperkuat pondasi hidup bernegara. Kebhinnekaan sebagai kenyataan alamiah dan takdir Tuhan yang tidak bisa ditolak, bahkan harus disyukuri sebagai anugerah bagi bangsa Indonesia. Karena kebhinnekaan harus diyakini sebagai suatu kekuatan, bukan sebaliknya sebagai hambatan, tantangan dan ancaman.

FX Triyas Hadi Prihantoro (Guru SMP Pangudi Luhur Domenico Savio Semarang)

No comments: