Wednesday, April 21, 2010

KEBOHONGAN PELAYAN(AN) PUBLIK

Surat Pembaca KOMPAS Jateng 21 April 2010

Terungkapnya kasus penyelewengan pajak oleh oknum Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Gayus Tambunan merupakan bentuk kebohongan pelayan(an) masyarakat. Para pelayan masyarakat banyak yang membohongi dengan melakukan manipulasi data dan korupsi.

Sejalan pengertian demokrasi (Yunani), demos berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti pemerintahan. Dengan demikian, di dalam negara demokrasi, rakyat memegang peranan penting akan berlangsungnya negara sehingga mendapatkan hak sebagaimana mestinya. Rakyat wajib mendapatkan pelayanan prima dari "Abdi Rakyat", yaitu mereka yang berkedudukan menjadi pegawai di pemerintahan.

Lembaga negara dan aparat pemerintah Indonesia sebagai pelayan publik (rakyat) sudah berkewajiban melayani "tuannya", dalam hal ini rakyat. Namun, kenyataannya sebuah parodi kehidupan bernegara yang kita saksikan bersama. Bahkan yang menjadi "menu" sehari-hari situasinya terbalik dan menjadikan rakyat marah dan protes.

Kasus dana talangan Bank Century, penggelapan pajak, makelar kasus, dan fenomena kejanggalan keputusan hakim sebagai bentuk pengingkaran sebagai pelayan publik.

Oleh karena itu, perlu sebuah manajemen pelayanan publik yang konstruktif. Sebuah keterusterangan, kejujuran, transparansi, dan keadilan menjadikan keharusan.

Lebih dari sepuluh tahun reformasi seharusnya para pelayan publik mampu memuaskan rakyat dalam pelayanannya. Menjadi kewajiban kita saling mengingatkan, mengawasi, mengoreksi, dan melaksanakan dengan penuh tanggung jawab.

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta

Thursday, April 15, 2010

Gerakan antikorupsi

Pos Pembaca SOLOPOS 16 April 2010

Mendengar, membaca dan melihat berita alur pemberitaan makin rumitnya masalah korupsi, kolusi dan manipilasi di Negara kita. Kenyataan tersebut tidak hanya membuat kita prihatin namun mengharuskan bergerak, bersikap dan beraksi dengan segala tindakan riil. Segala bentuk penodaaan terhadap hak-hak warga negara dan penyimpangan sudah semakin masiff. Korupsi, kolusi, manipulasi masih tumbuh subur.

Mau dibawa negara ini, kalo celah-celah korupsi masih tumbuh subur. Bagaimana negara ini segera bangkit dari keterpurukkan yang semakin kompleks? Bila toh gerakan antikorupsi masih setengah hati, karena masyarakat juga seolah mati suri dalam melakukan dukungan.

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta
Warga Epistoholik Indonesia.

Saturday, April 10, 2010

Bongkar

Surat Pembaca Kompas Jateng 10 April 2010

Akhir-akhir ini lagu "Bongkar" dari Iwan Fals selalu terdengar di televisi sebagai narasi mengiring kasus besar manipulasi pajak di negeri ini. Lagu yang sangat populer di era 1990-an ini memang sarat akan makna dan arti. Perasaan kecewa, benci, emosional, putus asa, akan mengaduk-aduk dalam otak para pendengar. Kejengkelan semakin membuncah saat sindiran itu bagaikan angin lalu.

Penyakit KKN sudah lama ada, tetapi upaya mengobati dan mengamputasi serasa sulit. Memang benar efek gurita dari kasus korupsi di negeri ini sudah sangat mengakar sampai ke dalam elemen masyarakat.

Oleh karena itu, terbongkarnya kasus manipulasi pajak yang melibatkan tokoh-tokoh terkenal patut diberi dukungan dan apresiasi oleh rakyat. Kesadaran warga membayar pajak ternyata tidak diimbangi dengan kesungguhan aparat berwenang dalam pengelolaan.

Bongkar semua bentuk penyimpangan kekuasaaan dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Kita yakin bahwa penyakit kronis KKN ini tidak hanya berada di level atas, tetapi juga di tingkat bawah.

Mafia memang kejam dan tanpa pandang bulu. Rakyat kecil selalu menjadi korban. Mari kita bongkar. Gerakan amunisi rakyat sangat dibutuhkan demi melibas para mafioso di negeri ini.

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta