Tuesday, July 07, 2020

"Kompas" Sang Suluh

surat kepada redaksi Kompas (7 Juli 2020)

Mudahnya akses komunikasi dan cepatnya informasi diterima masyarakat kadang tidak sempat disaring kebenarannya. Akibatnya maka marak berita bohong atau hoaxs yang kadang diterima mentah-mentah oleh yang membaca. Hal ini jelas sangat mempengaruhi kondusifitas yang sudah ada menjadi prahara.

Situasi kondisi yang "kacau," kadang menjadi tujuan salah satu kelompok tertentu untuk mendapatkan keuntungan di dalamnya. Namum sebagian besar masyarakat dipastikan menghendaki suasana yang aman. nyaman dan damai. Dengan demikian kemajuan suatu bangsa akan semakin meningkat sehingga mampu bersaing dengan negara lain.

Seringnya masyarakat terjebak dalam pemberitaan yang tidak benar maka perlu sosialisasi dan membumikan untuk berpikir cerdas demi kemasalahatan. Disinilah peran media sebagai corong informasi dan dapat menjadi pandora dan suluh, penerang agar masyarakat tidak tersesat. Begitu halnya harian Kompas yang sudah 55 tahun "bersama," denyut kehidupan masyarakat diharapkan tetap mampu menjaga keharmonisan.

Harian Kompas sebagaimana salah satunya fungsinya mampu menjalankan sebagai penjaga ( watchdog )dalam jati dirinya. Selain mengawal demokrasi, menyuarakan suara rakyat dan membangun rasa adil dari kesewenang-wenangan.

Meski tidak langsung mengubah kebijaksanaan, namun tetap menjadi "suluh," bagi pengambil kebijakan untuk kebaikan bersama.

integritas harian Kompas sudah teruji selama ini menjadi media yang menjadi patron media sekaligus rujukan kebenaran yang aktual dan faktual. Meski harus bersaing dengan media sosial , saya tetap yakin bahwa Kompas mampu bertahan terhadap gempuran zaman.

Tetaplah menjadi suluh, meski kecil tetapi selalu dibutuhkan dan dicari. Begitu!

FX Triyas Hadi Prihantoro (pembaca setia, Pendidik di SMP PL Domsav Semarang)