Saturday, October 04, 2014

Pembelajaran PKn dengan Bermain Peran

Suara Guru, SUARA MERDEKA 4 Oktober 2014

PELAJARAN Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA merupakan mata pelajaran terapan. Sebagai gabungan pendidikan sosial dari sejarah, sosiologi, antropologi dan tata negara, dibutuhkan sebuah terobosan metode pembelajaran yang membumi sehingga menginspirasi peserta didik untuk mampu memahami, menghayati, mengamalkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Bermain peran merupakan aktualisai dalam implementasi mata pelajaran sesuai dengan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Memerankan sebuah fragmen akan memudahkan dalam mengingat dan memahami materi yang diajarkan, karena peserta didik akan total dalam menyiapkan materi yang diajarkan sejalan dengan karakter yang dibutuhkan.

Masih dalam ingatan publik, saat penerapan Kurikulum 1984, ada mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB), bermain peran menjadi salah satu andalan dalam upaya menyampaikan pesan pembelajaran.

Begitu pula saat pemberlakuan Kurikulum 1975, dalam mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan mata pelajaran Pendidikan Penghayatan Pengamalan Pancasila (P4) dikenal adanya simulasi. Bentuk visualisasi itu dalam upaya membangun karakter dan mempelajari watak dan sikap dari tokoh yang diperankan.

Bukan hanya sekadar membacakan narasi, namun bagaimana seorang peserta didik dalam kelompoknya mampu berbagi dalam menanamkan, menghayati dan mempermudah dalam mengingat dan memahami mata pelajaran PKN.

Bermain peran dan simulasi mirip dengan penerapannya. Peserta didik memainkan peran atau memeragakan sesuai topik/pokok bahasan. Secara kelompok, peserta didik membuat sebuah skenario, sekaligus membuat dialog sesuai perannya masing-masing.

Selaras

Dengan bermain peran peserta didik akan hanyut perasaannya dalam peran yang sedang dilakoninya. Paling tidak, setiap peserta didik berusaha menghafalkan dan menghayati sesuai dengan porsinya. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka akan belajar dan mampu mengaplikasikannya.

Belajar sambil bermain peran merupakan bentuk aktualisasi diri. Ibarat belajar sambil bermain yang menyenangkan. Pelajaran PKn dengan bermain peran sangat sesuai dengan ruh Kurikulum 2013.

Pasalnya, pengedepanan pendidikan karakter akan semakin jelas dan terakumulasi dalam tema yang terintegrasi. Menurut Foerster (seperti dikutip Doni Koesoema), ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter. Pertama, keteraturan interior, di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Ketiga, otonomi, di mana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. (24)

—FX Triyas Hadi Prihantoro, guru PKn di SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta.

No comments: