OPINI, harian Joglosemar 19 September 2014 oleh : FX Triyas Hadi Prihantoro
Berita bahwa Mata Pelajaran (Mapel) Sejarah menjadi kewajiban di tingkat SMA berdasarkan Kurikulum 2013 membawa fenomena tersendiri bagi pendidikan. Pasalnya,Mapel Sejarah pernah mengalami zaman keemasan saat berlakunya Kurikulum 1984.
Saat itu, menjadi kewajiban bagi semua sekolah mengajarkan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB). Alhasil, diharapkan semua peserta didik mengerti, memahami dan mengaktualisasikan sejarah perjuangan bangsa sebelum dan sesudah merdeka, dengan mengedepankan seorang sosok yang sedang menjabat Presiden Republik Indonesia.
Buku PSPB karangan Profesor Dr Nugroho Notosusanto SH yang saat itu menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tidak bisa bertahan lama sejalan dengar reformasi. Buku pelajaran tersebut dianggap sebagai upaya pembelokan sejarah demi kepentingan politik penguasa. Maka dari itu, kritikan tajam mengarah pada penulis buku karena dianggap mengabaikan data dan fakta sejarah.
Namun tentunya menjadi berbeda saat Mapel sejarah menjadi kewajiban belajar bagi SMA. Tujuan Mapel Sejarah sebagai Mapel wajib yakni siswa diharapkan mampu memahami karakter bangsa. Untuk kelas X , dua jam wajib dan tiga jam sebagai mata pelajaran peminatan. Sedang kelas XI dan XII, dua jam wajib dan empat jam peminatan.
Dalam Mapel Sejarah, menurut Direktur Kebudayaan, Kemdikbud, Kacung Marijan dalam pembelajaran sejarah kedepan melalui penguasaan materi dan metode pembelajaran. Guru diharapkan mampu melakukan dua hal yang utama yaitu mengenai upgrading mengenai penguasaan materi dan metode pembelajarannya.
Dengan demikian, optimalisasi Mapel Sejarah perlu banyak metode agar peserta didik tidak bosan. Karena sejarah identik dengan belajar dokumen masa lalu sehingga hanya bersifat membaca narasi dan mengingat berbagai peristiwa dan kejadian sebagai bagian dari perjalanan kehidupan sebuah bangsa atau negara.
Oleh karena itu,Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Sejarah di sekolah harus selalu berinovasi, seperti tuntutan dalam Kurikulum 2013. Sebagai upaya pengimbangan dari cepat berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Belum lagi, dampak dari berbagai perubahan situasi dan kondisi secara tiba-tiba. Maka, dalam mengoptimalisasi pembahasan sejarah nasional Indonesia, sejarah pergerakan dan sejarah dunia, guru harus menguasai berbagai metode pengajaran.
Karena saat dibutuhkan segala informasi dan komunikasi yang berimplementasi dalam Mapel Sejarah, guru harus mampu beradaptasi, memanfaatkan dan mengoptimalkan segala sarana dan prasarana yang telah tersedia. Namun sayang banyak sekali guru (Sejarah) yang kurang peka dan tidak mau melakukan segala inovasi dan cenderung melakukan kegiatan berpola lama dengan membacakan narasi dan memperlihatkan gambar semata.
Guru (Sejarah) harus berubah mindset. Karena dengan jumlah jam pelajaran wajib yakni, 5-6 jam tatap muka perminggu maka realitanya jumlah pertemuan sangat tinggi. Seperti dikatakan Prof Johar (2009) bila gejala seperti itu dikaitkan dengan fungsi guru, maka dalam melakukan pekerjaannya, guru akan menghadapi dinamika perubahan tata nilai dan perilaku peserta didik yang mengalami pergeseran secara terus menerus. Sebagai contoh, pengalaman guru melakukan fasilitasi pada peserta didik pada suatu saat bermakna tepat, tetapi kurang tepat pada saat diterapkan pada komunitas peserta didik yang berbeda atau peserta didik dari generasi yang berbeda pula.
Maka, untuk menghadapi peserta didik dari komunitas yang berbeda atau dari generasi baru itu, guru sebaiknya harus mengenal dan menyikapi keunikan peserta didik tersebut yang memiliki karakteristik yang berbeda dan menjadi karakteristik baru. Seharusnya, guru (Sejarah) terus menerus melakukan kajian terhadap peserta didik yang dihadapi, menemukan keunikan mereka, dan guru dapat melakukan layanan pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan dalam proses belajarnya.
Oleh karena itu, demi mengoptimalkan Mapel Sejarah, inovasi belajar sambil rekreasi bisa menjadi solusi cerdas, guru (Sejarah) dalam upaya meredam kebosanan dan melahirkan kenyamanan dan kegembiraan kepada peserta didik. Seperti di wilayah eks-Karesidenan Surakarta, sangatlah mudah di dapat contoh warisan tangible (bendawi) dan intangible (non bendawi) serta berbagai persoalan baru yang dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar sejarah melalui rekreasi sambil belajar. Karena belajar sambil rekreasi, menjadikan peserta didik tidak bosan bahkan mampu merekam apa yang dilihat, dirasakan, dilaporkan dengan berbagai inovasi.
Optimalisasi
Oleh karena itu, optimalisasi pembelajaran dibutuhkan dengan kreativitas guru (Sejarah) harus banyak belajar akan perubahan informasi kehidupan dengan rajin browsing (berjelajah) di internet dan “jalan-jalan” ke berbagai situs atau artefak. Dengan aktif membaca dari media cetak maupun online, mendengarkan dan melihat berita, mengikuti acara talkshow, seminar yang semakin membuka wacana.
Sedangkan visit (kunjungan) ke museum (Sangiran, Radya Pustaka), Monumen (Pers, Banjarsari), Prasasti (Mangkunegaran, Keraton Kasunanan, Benteng Vastenburg, Bon Raja Sriwedari, Taman Balekambang) dan situs bersejarah lain semakin mengayakan perbendaharaan tempat belajar yang bernilai ilmu pengetahuan.
Secara cepat dan konsisten, guru mencatat hal-hal yang penting, membuat rangkuman dan membuat berbagai pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan Lembar Kerja Siswa (LKS). Semua yang dipertanyakan dalam LKS disinergikan dengan standar kompetensi yang menjadi tujuan dari kurikulum yang sudah tertata dalam silabus mapel sejarah. Peserta didik bisa mandiri maupun berkelompok melakukan observasi dan pelaporan sesuai LKS yang menjadi tuntunan.
Saatnya Mapel wajib sejarah di Kurikulum 2013, dalam Rencana Pelaksanaan Pengajaran (RPP) telah bersinergi dengan objek yang hendak diobservasi. Belajar dan rekreasi yang telah dimasukkan dalam tugas individual dan kelompok sebagai salah satu bahan penilaian tim. Pasalnya, tidak semua pelajar SMA Solo mengerti, paham dan mengetahui tempat-tempat bersejarah di wilayahnya.
Dengan demikian, Mapel Sejarah dikemas dalam rekreasi (studi Tour)jadi menyenangkan dan menggembirakan. Peserta didik mendapatkan informasi sekaligus mengayakan ilmu pengetahuan aktual. Apalagi, kunjungan peserta didik ke tempat “bersejarah” yang mungkin tidak bakal didatangi apabila tidak ada tugas dari guru sejarah.
Menjadikan peserta didik semakin tahu akan perkembangan sejarah wilayahnya dengan melihat bukti-bukti fisik dan berkembang menguasai dan mencintai sejarah negara lain (dunia). Mengoptimalkan KBM Sejarah dengan belajar dan rekreasi, pembelajaran semakin kreatif, dan tidak akan sia-sia menjadi peminatan khusus di jenjang SMA berdasarkan Kurikulum 2013. Semoga.
No comments:
Post a Comment