Sunday, May 16, 2021

Mudik

Red Yth Kompas 17 Mei 2021

Sebuah problematika yang disandang Pemerintah yang harus mengayomi demi kepentingan rakyatnya Mudik, antara larangan dan pelanggaran selalu saja terjadi, rutinitas tahunan yang butuh kesadaran hakiki, Selamat Idul Fitri 1442 H saudara-saudaraku.

Saturday, May 08, 2021

Didi Kempot dan Mudik

Opini, Kedaulatan Rakyat 8 Mei 2021

oleh : FX Triyas Hadi Prihantoro

Sepeninggal sang The Godfather of Broken Heart Indonesia (Didi Kempot) setahun yang lalu berbagai kenangan muncul kembali. Seperti halnya lagu Stasiun Balapan, liriknya yang menyentuh rasa, hati dan kenangan bagi penggemarnya. “ Ning Stasiun Balapan, Kuto Solo sing dadi kenangan koe karo aku. Nalika, ngeterke lungamu ning stasiun Balapan, rasane koyo wong kelangan mowe inggal aku. Ra kroso netes eluh ning pipiku. Da.. dada sayang, da… slamat jalan. Itulah beberapa bait lagu sang maestro yang menggugah memori karena budaya mudik yang untuk kedua kalinya dilarang Pemerintah karena pandemi.

Didi Kempot dan kehidupannya penuh dengan kepedulian dan rasa empati yang tinggi terhadap situasi dan kondisi lingkungannya. Seperti halnya saat satu hari sebelum dipanggil Tuhan berbagai kegiatan kemanusiaan dilakoninya dan rasa capek tidak dipedulikan. Sampai akhirnya diungkapkannya rasa panas dalam tubuhnya sebelum dilarikan ke rumah sakit sampai ajal menjemput pada 5 Mei 2020.

Lagu Mudik

Sebelum meninggalpun Didi Kempot sempat merampungkan lagu dan video klipnya tentang mudik bersama Muspida Kota Surakarta. Dilihat dalam video Klip mantan walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo ikut menyanyi dan didukung oleh jajaran Kodim dan Polresta Surakarta beserta pemimpinnya. Lagu "Ojo Mudik" ini mengajak publik untuk bersama-sama melawan corona. Caranya dengan tetap di rumah, jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan pakai sabun. Ajakan tidak mudik bagi sudaranya di perantauan guna membantu program pemerintah guna melawan corona.

Pasalnya ditengah suasana pandemi covid-19, pemerintah telah menetapkan larangan mudik bagi kaum urban di Jakarta. Dilarangnya mudik (pulang kampung) sebagai salah satu upaya untuk memutus mata rantai penularan covid-19 yang makin hari kian meningkat secara signifikan jumlah warga yang berdampak positif. Hal itu sangat butuh kepedulian dan dukungan semua warga negara.

Larangan mudik tidak hanya butuh ketegasan dari Pemerintah serta dukungan dari pemerintah daerah, sebagai upaya menghentikan penyebaran covid-19. Namun peran serta seniman, budayawan yang memilki jutaan fans diharapkan juga mensosialisasikan larangan mudik ini. Karena kita tahu juga Didi Kempot mempunyai jutaan penggemar “ sobat ambyar,” yang berada di perantauan. Dari sisi ini jelas sekali kepedulian Didi Kempot mengenai masalah sosial kemasyarakatan, dengan lagu dan konser larangan mudik di salah satu stasiun TV nasional.



Dalam lirik lagu “ojo mudik,” karya akhir Didi Kempot yang sempat di rekam dan dibuat video klipnya. “ mak bedunduk, mak pethungul, virus corona kenapa kowe njedul. Mak bedunduk, mak petungul, ojo cedhak chedak, awas ojo podo ngumpul. Jaga jarak, cuci tangan pakai masker, Ojo Lali nyenyuwuno sing banter. Jaga jarak cuci tangan pake masker, maju bareng nlawan corona ben klenger. Nang ngomah wae, di rumah saja. Bersama sama ayo lawan corona.” Pesan moral dan sosialnya sangat nyata dan gamblang.

Narasi Kemanusiaan

Kini warga perantau dilarang mudik. Saat stasiun Balapan sebagai salah satu sentra kumpulan masyarakat saat mudik. Pendirian monumen Didi Kempot di Stasiun Balapan menjadi penanda bahwa sang maestro meninggal saat merebaknya virus korona, larangan mudik dan stasiun Balapan guna penanda ingatan, sebagai narasi kemanusiaan.

Didi Kempot dan mudik sebuah narasi kemanusiaan. Pandora tanpa padang bulu, status bahwa semuanya bisa bersatu padu menggelorakan nilai kemanusiaan. Berpulangnya pahlawan kemanusiaan ” Didi kempot,” setahun lalu sebuah pengingat dari semangat yang menginspirasi semua eleman masyarakat. Kenangan yang ditinggalkan dengan berbagai gerakan, donasi, konser kemanusiaan dan kegiatan sosial lainnya akan terpatri selamanya seperti lagu larangan mudiknya.

FX Triyas Hadi Prihantoro (guru SMP PL Domsav Semarang)