Surat Pembaca Kompas Jatreng 15 Mei 2010
Berita di sebuah stasiun televisi nasional tentang pengklaiman lagu Bengawan Solo oleh empat orang warga Belanda merupakan bentuk keseriusan masalah. Perlu penanaman kecintaan budaya lokal melalui pendidikan.
Pasalnya, lagu (keroncong) Bengawan Solo identik dengan Gesang (92 tahun), Sang penciptanya yang sudah melegenda.
Pengakuan dunia akan kelegendaan Bengawan Solo terbukti dari berbagai penghargaan yang diterima pencipta lagu ini. Tak ayal lagi pengklaiman ini menjadikan kita harus selalu waspada, karena sudah banyak budaya (reog, angklung, lagu Rasa Sayange) maupun produk lokal (tempe) yang diakui dan diklaim milik bangsa asing.
Maka kehendak mengoptimalkan dan melestarikan muatan budaya lokal melalui pendidikan wajib didukung. Karena dengan pendidikan kecintaan muatan lokal sejak dini teraktualisasikan dan segera membumi dalam hati generasi muda.
Dengan demikian, melestarikan tidak hanya sebatas wacana. Karena sudah menjadi bagian dalam pendidikan sehingga muatan lokal yang ada di sekitar kita akan tetap lestari. Semoga!
FX TRIYAS HADI PRIHANTORO
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta,
Warga Epistoholik Indonesia
No comments:
Post a Comment