Sunday, May 30, 2010

KUALITAS SENSUS

Surat Pembaca KOMPAS Jateng 29 Mei 2010

Akhir Mei 2010, cacah jiwa (sensus) penduduk Indonesia 2010 akan berakhir. Berbagai tahapan dari sosialisasi,perekrutan petugas, pelatihan, pencatatan sampai pada pelaporan sudah sangat ditunggu oleh masyarakat.

Polemik sensus sebagai bentuk pencatatan mutakhir tidak hanya berkenaan data penduduk (usia, pekerjaan, jenis kelamin, dan lain-lain). Banyak catatan segala kelemahan pelaksanaan yang tersiar di media.

Sensus sendiri menjadi bentuk pembuktian sejauh mana kuantitas dan kualitas bangsa ini. Oleh karena itu, demi sebuah akurasi data dibutuhkan proaktif dari warga. Sebab melalui hasil sensus ini segala perencanaan pembangunan negara akan tertata dengan bijaksana demi keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran yang merata.

Tentu kita banyak berharap hasil cacah jiwa ini benar-benar berkualitas. Sebab itu anggaran yang sudah digelontorkan benar-benar menghasilkan manfaat yang berguna bagi bangsa dan negara. Jika kita belum merasa tercacah, segera lapor kepada pak RT sebagai ujung tombak dari wakil masyarakat. Semoga!

FX TRIYAS HADI PRIHANTORO
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta

Sunday, May 16, 2010

Lestarikan Budaya Lokal

Surat Pembaca Kompas Jatreng 15 Mei 2010

Berita di sebuah stasiun televisi nasional tentang pengklaiman lagu Bengawan Solo oleh empat orang warga Belanda merupakan bentuk keseriusan masalah. Perlu penanaman kecintaan budaya lokal melalui pendidikan.

Pasalnya, lagu (keroncong) Bengawan Solo identik dengan Gesang (92 tahun), Sang penciptanya yang sudah melegenda.

Pengakuan dunia akan kelegendaan Bengawan Solo terbukti dari berbagai penghargaan yang diterima pencipta lagu ini. Tak ayal lagi pengklaiman ini menjadikan kita harus selalu waspada, karena sudah banyak budaya (reog, angklung, lagu Rasa Sayange) maupun produk lokal (tempe) yang diakui dan diklaim milik bangsa asing.

Maka kehendak mengoptimalkan dan melestarikan muatan budaya lokal melalui pendidikan wajib didukung. Karena dengan pendidikan kecintaan muatan lokal sejak dini teraktualisasikan dan segera membumi dalam hati generasi muda.

Dengan demikian, melestarikan tidak hanya sebatas wacana. Karena sudah menjadi bagian dalam pendidikan sehingga muatan lokal yang ada di sekitar kita akan tetap lestari. Semoga!

FX TRIYAS HADI PRIHANTORO
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta,
Warga Epistoholik Indonesia