dimuat Surat Pembaca Kompas Jateng 17/01/09
Sudah pasti bahwa harga bahan bakar minyak mengalami penurunan harga untuk ketigakalinya. Sudah dipastikan masyarakat berharap akan terjadi penurunan harga kebutuhan pokok lain (sembako) dan juga penurunan tarif angkutan umum.
Namun sudah diprediksi pula bahwa harga-harga yang sudah terlanjur naik sulit untuk turun. Berbagai alasan muncul untuk tarif angkutan karena suku cadang kendaraan belum turun dan berbagai alasan lain.
Budaya segera turun belum menjadi kebiasaan kehidupan di Indonesia sebagai bentuk tanggung jawab. Sebab contoh maju terus pantang mudur dan budaya enggan turun juga sering dicontohkan oleh para pejabat publik (birokrat). Meski berbagai kasus penyelewengan, penyimpangan (korupsi) sudah terkuak lebar, namun berbagai alibi untuk membela diri dan tetap berupaya duduk di "kursi empuknya" sudah menjadi kehendak.
Maka wajar pula jika masyarakat meniru tingkah polah mereka. Termasuk para pelaku usaha dan pelaku angkutan yang enggan juga menurunkan tarif meski BBM sudah turun secara bertahap sampai tiga kali dalam kurun waktu dua bulan.
Perlu sikap peduli dalam membiasakan budaya turun dan ketegasan sikap Pemerintah demi kepentingan yang lebih luas karena masyarakat sudah sangat terpuruk sebagai efek krisis global.
FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta
warga Epistoholik Indonesia
No comments:
Post a Comment