Wednesday, January 16, 2008

Menggugah Nurani Anggota DPR

dimuat di Surat Pembaca harian Joglosemar 15 JAnuari 2008

Wacana pembagian insentif bagi anggota DPR dalam setiap pembuatan UU sungguh sesuatu yang wajib dipertanyakan. Pasalnya ditengah derita begitu banyak masyarakat Indonesia yang tertimpa bencana, masihkah mereka (anggota DPR) merasa kurang mendapatkan fasilitas dari negara?. Mulai dari kesejahteraan, kesehatan, perumahan, alat komunikasi dan lain sebagainya.Memang dalam iklim negara demokratis segala kebijakan yang menyangkut anggaran negara harus ”didiskusikan” dengan wakil rakyat. Namun apakah pantas bila setiap kebijakan mengabaikan kebutuhan yang lebih penting malah mendahulukan kepentingan diri.Bukan saatnya Anggota DPR banyak menuntut.Lebih pantas dan layak mengalokasikan dana insentif diberikan pada daerah bencana. Banyak jalan untuk kegiatan sosial ini. Meski banyak pihak mengatakan sebuah curi start kampanye, toh sebuah pemberian bantuan kepada daerah bencana, meski dengan bendera Partai. Lebih kental suasana empati kemanusiaannya daripada sebuah upaya cari dukungan.Mari kita gugah nurani anggota DPR baik pusat maupun daerah, untuk bisa menyisihkan pendapatanya dari perolehan apapun untuk membantu saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Ibaratnya mendahulukan kepentingan umum lebih mulia diatas kepentinmgan pribadi maupun kelompok.

FX Triyas Hadi Prihantoro Warga Epistoholik Indonesia



Perilaku yang tertib, patuh dan disiplin

dimuat di Pos Pembaca SOLOPOS 31 Desember 2007

Keterpurukan bangsa ini tidak lepas dari perilaku diri yang kurang terpuji. Kebiasaan melanggar atura, tidak patuh dan disiplin sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari.
Kemungkinan menjadikan negara akan berubah ke arah yang diharapkan masih membutuhkan waktu lama . Sebab memang kita belum mampu dan mau untuk koreksi diri dan menghargai diri sendiri apalagi orang lain.
Suatu contoh kecil dalam kehidupan sehari-hari yang selalu ditemui. Setiap hari manusia hidup butuh waktu perjalanan menuju ke tempat tugas/ kerja/ sekolah maupun tujuan lain. Lihatlah bagaimana perilaku kita dan saudara yang ditemui di jalan. Sudahkan terjadi saling patuh, disiplin dan tertib serta menghormati antara sesama pemakai jalan.
Aksi nylonong, mau menang sendiri, berhenti sesuka hati, ngebut, tidak berasesoris lengkap merupakan bentuk ketidakpatuhan terhadap aturan berlalu lintas. Meski Aparat selalu mensosialisasikan namun sering kita mengabaikannya
Contoh konkret perilaku yang selalu penulis temui saat mau berangkat kerja. Orang bersepeda dan pengemudi becak tidak pada jalurnya, naik motor tidak berhelm, pengemudi mobil tidak mengenakan sabuk pengaman serta berhenti seenaknya sendiri. Bahkan kebijakan baru ang selalu digembar-gemborkan oleh petugas, bagi para pengemudi motor harus memakai jalur kiri dan menyalakan lampu dianggap sebuah himbauan semu.
Kepatuhan perilaku, tertib dan disiplin memang harus mengakar dan membumi pada hati kita semua. Bila ini masih selalu dianggap angin lalu dan dilanggar,sebuah keniscayaan bangsa lain akan percaya pada bangsa kita. Sebab martabat bangsa akan di akui bila kita sendiri telah mampu melaksanakan dengan sungguh.Saatnya kita benar-benar berubah muali dari diri kita sendiri.

FX Triyas Hadi Prihantoro
SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta
warga epsitoholik Indonesia

No comments: